Friday, November 4, 2011

Pemuda Dan Sosialisasi


Sosialisasi
           
            
            Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

            Ada 2 jenis Sosialisasi , yaitu :
  • Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya.Warna Kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
  • Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
Sosialisasi juga terdiri dari 2 Tipe, yaitu :
  • Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
  • Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.


Identitas dan Keistimewaan Pemuda

Banyak yang menyatakan pemuda sebagai agent of change, kenapa? Karena pemuda adalah harapan bangsa, ia adalah agen-agen perubah di negerinya berada. Tapi lebih dari itu, pemuda bak motor gerakan sebuah entitas yang ingin selalu membuat perubahan demi terciptanya cita. Lalu seperti apa identitas pemuda? “Umur dan watak adalah dua unsur penting dalam identitas pemuda sekaligus pembeda dengan golongan lainnya : kaum tua, balita, anak-anak, dan remaja.” Ujar Mi’raj Dodi Kurniawan, seorang mantan aktivis Islam Bandung. Umur, sebagian pihak mengelompokkan antara umur 25 dan 35 sebagai pemuda, ada juga pihak yang menyatakan pemuda berada di antara umur 20 sampai 45. Jika kita melihat umur yang dikelompokkan, pemuda bisa digambarkan sebagai kaum yang energik, mempunyai fisik prima dan bertenaga sedangkan yang lemah dan tak bertenaga adalah kaum tua. Berbanding lurus dengan unsur yang kedua, watak, pemuda memiliki watak pendobrak tatanan layaknya Nabi Musa yang melawan kesewenang-wenangan Firaun, dan kaum tua cenderung berwatak anti perubahan dan mempertahankan status quo seperti para rezim otoriter pada umumnya.
Deskripsi di atas menunjukkan identitas sekaligus keistimewaan pemuda, yang secara tegas terdapat dalam ayat di bawah ini :
 “…Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (di hadapan penguasa)…” (QS Al Kahfi : 13-14)

Terdapatnya keistimewaan tersebut, akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa pemuda tidak pantas jika hanya disebut sebagai agent of change tetapi mereka lebih pantas disebut director of change (pengendali perubahan), karena sangat berbeda seorang agen (aktivis biasa) dengan director (tokoh) namun dengan syarat memenuhi profil pemuda ideal yang disukai Allah (karena pemuda dalam Islam adalah pemuda yang dicintai Allah). Seperti yang dikutip dalam buku “Menyiapkan Momentum”-nya Rijalul Imam, di antaranya adalah meningkatkan rasa tanggung jawab, memiliki kebanggaan dengan Islam, baik dalam memahami Islam, melayani masyarakat, mengajak ke jalan Islam, membekali diri dengan ilmu, memiliki rasa solidaritas dengan sesamanya, waspada diri dari fitnah, pakai perhitungan, dan tidak terburu-buru.

0 comments:

Post a Comment